Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu (Yesaya 50 : 4)
Suatu kali Einstein diminta untuk men-jadi pembicara utama dalam acara makan malam di Swarthmore College. Ketika tiba saatnya untuk berbicara, ia mengejutkan hadirin dengan berdiri dan mengatakan, "Tak ada yang hendak saya sampaikan." Lalu ia duduk kembali.
Beberapa detik kemudian ia berdiri dan menambahkan, "Apabila ada hal yang ingin saya sampaikan, saya akan kembali dan menyampaikannya." Enam bulan ke-mudian ia menulis surat kepada pemimpin perguruan tinggi tersebut, "Kini ada hal yang ingin saya sampaikan." Lalu diadakanlah sebuah acara makan malam dan ia menyampaikan pidatonya.
Anda mungkin pernah mendapat kesempatan untuk "memberi semangat baru" kepada orang yang letih lesu (Yesaya 50:4), tetapi Anda merasa tidak ada yang patut dikatakan. Jika demikian, ikutilah teladan Hamba Tuhan, Mesias yang dijanjikan, yang kisah-Nya telah kita baca dalam Yesaya 50:4-10. Karena Dia mendengar dan menuruti apa yang didengar-Nya, maka Dia punya berita untuk disampaikan kepada orang lain.
Bukalah firman Allah dengan kerinduan untuk mempelajari dan melaksanakan apa yang Dia perintahkan. Bayangkan Allah hadir dan sedang berbicara kepada Anda, mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan-Nya. Renungkanlah kata-kata-Nya, sehingga Anda tahu apa yang Dia katakan.
Kemudian, sebagai Hamba yang ditetapkan, pada saatnya Allah akan memberi Anda "lidah seorang murid" (ayat 4). Jika Anda mendengarkan Allah, maka akan ada hal-hal berarti yang dapat dikatakan --David Roper
Sumber : http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/
Sumber : http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar