20 Januari 2010

Song of The Week : OH HAPPY DAY

Oh happy day (oh happy day)
Oh happy day (oh happy day)
When Jesus washed (when Jesus washed)
When Jesus washed (when Jesus washed)
Jesus washed (when Jesus washed)
Washed my sins away (oh happy day)
Oh happy day (oh happy day)

(La, la, la, la, la, la, la, la, la)
La, la, la, la, la, la, la, la, la
(La, la, la, la, la)
La, la, la, la, la
(La, la, la, la, la, la, la)
La, la, la, la, la, la, la
(La, la, la, la, la)
La, la, la, la, la

Oh happy day (oh happy day)
Oh happy day (oh happy day)
When Jesus washed (when Jesus washed)
When Jesus washed (when Jesus washed)
When my Jesus washed (when Jesus washed)
He washed my sins away

(La, la, la, la, la, la, la)
La, la, la, la, la, la, la
(La, la, la, la, la)
La, la, la, la, la

He taught me how (oh, He taught me how)
To wash (to wash, to wash)
Fight and pray (to fight and pray)
Fight and pray
And he taught me how to live rejoicing
yes, He did (and live rejoicing)
Oh yeah, every, every day (every, every day)
(oh yeah) Every day!

Oh happy day (oh happy day)
Oh happy day, yeah (oh happy day)
When Jesus washed (when Jesus washed)
When my Jesus washed (when Jesus washed)
When Jesus washed [hits high note] (when Jesus washed)
My sins away (oh happy day)
I'm talking about that happy day (oh happy day)

He taught me how (oh yeah, how)
To wash (to wash)
Fight and pray (sing it, sing it, c'mon and sing it)
Fight and pray
And to live
yeah, yeah, c'mon everybody (and live rejoicing every, every day)
Sing it like you mean it, oh....

Oh happy day (oh happy day)
I'm talking about the happy days (oh happy day)
C'mon and talk about the happy days (oh happy day)
Oh, oh, oh happy days (oh happy day)
Ooh talking about happy day (oh happy day)
Oh yeah, I know I'm talking about happy days (oh happy day)
Oh yeah, sing it, sing it, sing it, yeah, yeah (oh happy day)
Oh, oh, oh
Oh happy day.....

19 Januari 2010

Lubang Paku Di Pagar

Ada seorang anak laki-laki yang memiliki temperamen yang sangat buruk, dia seorang pemarah. Suatu saat ayahn

ya ingin mengajarkan sebuah pelajaran kepadanya, jadi dia memberikan sekantong paku kepada anaknya dan mengatakan setiap kali dia tidak bisa mengendalikan amarahnya, dia harus memakukan sebuah paku di pagar kayu rumah mereka.

Di hari pertama pelajaran itu, anak laki-laki itu menancapkan 37 paku di pagar karena dia sangat marah. Melewati pelajaran itu selama beberapa minggu, akhirnya anak itu mulai dapat mengontrol emosinya, sehingga jumlah paku yang dipalukan ke pagar semakin berkurang.

Tidak lama setelah itu, anak itu menyadari bahwa lebih mudah untuk mengendalikaan emosinya daripada harus menancapkan paku ke pagar. Sampai suatu saat dia tidak lagi pemarah, dia sangat bangga dengan dirinya sendiri dan ingin segera memberitahu ayahnya. Senang dengan pencapaiannya, ayahnya menyuruhnya untuk mencabut kembali paku-paku yang ada dipagar yang ditancapkan pada saat dia marah.

Beberapa minggu kemudian, ketika  dia memberitahu ayahnya bahwa semua paku sudah berhasil dicabutnya. Dengan lembut, sang ayah menuntun anaknya menuju pagar rumah mereka. Sambil tersenyum ayahnya berkata,"Kamu sudah mengerjakan dengan baik, anakku. Tetapi coba lihat ada banyak sekali lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan terlihat sama lagi."

Anak itu memperhatikan ketika ayahnya melanjutkan kata-katanya," Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata-kata itu akan meninggalkan bekas yang permanent. Tidak peduli berapa kali kamu berkata maaf, lubang itu akan tetap di sana."

Hendaknya kita bijaksana dengan kata-kata kita karena kata-kata kita bisa melukai orang lain.

"Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah." (Yakobus  1:19-20).


sumber: http://jawaban.com/news/spiritual/detail.php?id_news=100119183744