21 Juli 2009

LONG WEEKEND (18 - 20 JULI 2009)

Pada tgl 18 - 19 Juli 2009 (hari Sabtu dan Minggu) Komisi Pemuda GKJ Purwodadi mengadakan acara Retreat Katekisasi Angkatan III di Pepanthan Piyak Kecamatan Toroh, dibawah bimbingan Pdt. Dwi Aryanto. Kegiatan diisi dengan session, games, acara outbond (jerit malam), ibadah Minggu serta bakti sosial berupa pengecatan jembatan dan bersih2 rumah warga sekitar. Foto bisa dilihat di Galeri Facebook.

Dan pada tgl 20 Juli 2009 (hari Senin, tanggal merah hari raya Isra' Miraj), Komisi Pemuda GKJ Purwodadi menghadiri acara Doa Bersama Pemuda GKJ Se-Klasis Purwodadi di GKJ Tempurung Gubug. Selain doa dan puji2an, acara juga meriah dengan berbagai games, lomba nyanyi antar gereja dan lomba menghias bahan sayur asem. Kompa GKJ Purwodadi menjadi juara lomba nyanyinya. Foto bisa dilihat di Galeri Facebook.

"RA NGGO SUWI" (GAK PAKE LAMA)

Bacaan : Mazmur 1 : 1 – 6

Jika kita mendengarkan dan memperhatikan lirik lagu-lagu yang sedang hits saat ini (Wali - Cari Jodoh, Saykoji – Online, Oppie Andaresta – Single Happy, T2 – Malu2 donk, dll), apa yang menarik dari lagu-lagu tersebut?

Kebanyakan lagu-lagu tersebut melukiskan tentang kekecewaan, keputusasaan dan pengharapan-pengharapan. Di satu sisi, lagu-lagu tersebut menjadi wadah aspirasi dan wujud dari perasaan-perasaan yang mereka alami. Dan secara tidak sengaja, pencipta serta penyanyinya juga berasal dari kaum muda sendiri. Bisa dibayangkan, bukan hanya beberapa orang saja yang mengalami perasaan-perasaan tersebut, sebab sudah dapat dipastikan bahwa banyak penikmat musik itu yang lama-kelamaan juga akan larut dalam “emosi” yang terkandung di dalamnya. dengan kata lain, hampir kebanyakan kaum muda pernah mengalami kekecewaan, putus asa tak berpengharapan, dll.

Tak dapat dipungkiri bahwa masa remaja adalah masa dimana seorang anak mulai memasuki masa menuju kedewasaan. Anak muda biasanya identik dengan banyak pengalaman, kekanak-kanakan, labil, egois, belum dapat mengambil keputusan dengan baik serta bersikap dewasa. Bahkan ketika para orang tua sedang berbincang-bincang, mereka dibilang “ga usah ikut-ikut, ini urusan orang dewasa”. Dari situ banyak muncul pergolakan hidup yang membuatnya semakin bertumbuh dan salah satunya adalah kekecewaan ini. kecewa pada teman, sahabat, kekasih, guru, ortu bahkan kepada Tuhan.

Bagaimanapun juga, kekecewaan adalah sebuah proses belajar untuk kita dapat lebih sadar dan rendah hati. Sebab tidak semuanya dapat berjalan sesuai keinginan kita. Maka kita haruslah membiarkan kehendak Tuhan terjadi dalam kehidupan kita.

Selain pandangan-pandangan tersebut, ternyata ada sisi positif anak muda yang banyak dicontoh oleh para orang tua. Jika teman-teman tau lagu dari Rhoma Irama…darah muda ,darahnya para remaja. Lagu ini menggambarkan tentang sifat anak muda yang pantang menyerah, penuh semangat, berapi-api, dll.

Hidup kaum muda diibaratkan dengan hidup yang penuh perjuangan. Apa yang diinginkan pasti harus didapatkan. Namun terkadang semangat tersebut disertai dengan ketidakasabaran, dan akhirnya mencari jalan pintas untuk mencapai itu semua. Maunya sebagai anak muda, menjalani hidup dengan nyaman, mudah dan praktis. Kalo bisa langsung mendapat tanpa banyak kerja keras ”instan” dan ra nggo suwi…

Dalam kehidupan anak muda, perjuangan adalah suatu yang diperlukan untuk menjalani hidup ini. Jika kita tidak diberi hambatan kita tidak akan bisa keluar dari jalan yang ada dengan sukacita.

Kita akan lumpuh dan tidak bisa “TERBANG” jika kita terus-terusan berada dalam kebahagiaan saja/ zona aman. kita akan selalu menjadi bayi yang makan bubur saja jika dalam pertumbuhan tidak diajari makan nasi (yang lebih keras dari bubur) ( bandingkan 1 kor 3: 2 dan Ibrani 5: 12 – 14)

Mungkin kita sangat nyaman dengan hal tersebut. tanpa hambatan dan langsung jadi. resikonya, kita menjadi tidak kuat dan mudah terombang-ambing dalam kehidupan duniawi. Sebagai anak muda tentu kita punya banyak kelemahan, kekurangan. Namun, biarlah dengan kelemahan kita, kuasa Tuhan semakin nyata di sekitar kita dan kita dapat merasakan kuasa Tuhan dalam hidup kita.

Dalam setiap perjuangan kita menghadi hambatan2, kita selalu diberikan harapan.Disaat kita hampir putus asa, ingat bahwa ada pengharapan. kita berserah pda Tuhan dan bukan menyerah pada keadaan.

Sebagai anak muda, kita harus bersikap dewasa dalam menghadapi permasalahan hidup dengan bersabar dalam penantian dan perjuangan. Maz. 1: 3 “ Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.” Kita sebagai anak muda haruslah menjadi pohon yang kuat, yang selalu bertumbuh, berkembang dan menghasilkan buah. Menikmati setiap proses yang Allah ijinkan terjadi di setiap hidup kita. Karena kita tahu bahwa Allah senantiasa menolong di setiap langkah kita.

Dengan yakin bahwa Allah terus bersama kita, kita harus tetap tegar menghadapi persoalan-persoalan yang terjadi di sekitar kita. Berserah pada Tuhan dan yakin akan kuasa Tuhan. meskipun kita masih muda, kita tunjukkan bahwa Allah dapat menyatakan kuasanya dalam diri kita. Kita belajar untuk mengenal rencana Tuhan. mungkin kita belum bisa mengerti. namun suatu saat kita bisa.

Renungan:
"maukah kita menyerahkan proses hidup kita kepada Allah? Atau kita hanya mau budaya instan, ra nggo suwi.... ?"

by : Chrisma Okta Wulandari, dibawakan pada waktu Kamisan tgl 2 Juli 2009

08 Juli 2009

PERNIKAHAN THEO - YUSTRI

Pada tanggal 4 Juli 2009 kemarin, teman kita : Sdr. Theo Mahendra (Mas Theo) dan Sdri. Yustriwani (Mbak Yustri) melangsungkan pernikahan di Wates, Kulonprogo (kampung halaman mbak Yustri). Pemberkatan dan peneguhan dilaksanakan di GKJ Wates dan dilayani oleh Pdt. Santoso Budi Harjono, MTh.


Setelah pelayanan pemberkatan dan peneguhan nikah, diselenggarakan resepsi dan acara mantenan adat Jawa di rumah kediaman Mbak Yustri di Wates. 


Berikut adalah beberapa foto dokumentasi dari pernikahan mereka :




Prosesi


Persembahan pujian "Karena Cinta"



Temanten Anyar



Komisi Pemuda GKJ Purwodadi mangucapkan :
SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU, SEMOGA BAHAGIA SELALU



Tuhan Memberkati

"Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan" (Kolose 3 : 14)

NGORI, 26 APRIL 2009


Dalam rangka merayakan Paskah 2009, Komisi Pemuda GKJ Purwodadi menyelenggarakan kegiatan Bakti Sosial ke Pepanthan Ngori pada hari Minggu, 26 April 2009. Perjalanan dilakukan dengan naik truk melintasi jalan yang bergelombang... 

Foto selengkapnya bisa dilihat di Galeri Facebook

TEMPAYAN YANG RETAK

Seorang tukang air di India memiliki dua tempayan besar; masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang dibawanya menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak. Jika tempayan yang tidak retak itu selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.

Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestasinya, karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannya.

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak itu berkata kepada si tukang air, "Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu." "Kenapa?" tanya si tukang air. "Kenapa kamu merasa malu?" "Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi," kata tempayan itu.

Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia berkata, "Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan." Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan, dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya.

Si tukang air berkata kepada tempayan itu, "Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu? Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang."

Setiap dari kita memiliki cacat dan kekurangan kita sendiri. Kita semua adalah tempayan retak. Namun jika kita mau, Tuhan Yesus akan menggunakan kekurangan kita untuk menghias meja Bapa-Nya. Di mata Tuhan yang bijaksana, tak ada yang terbuang percuma. Jangan takut akan kekuranganmu. Kenalilah kelemahanmu dan kamu pun dapat menjadi sarana keindahan Tuhan. Ketahuilah, di dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita.

© Copyright 1999 Gejos Present - Natasina Inc. All Rights Reserved.

01 Juli 2009

STOP MENGELUH

Bacaan : Bilangan 11:1-3

Dalam sebuah khotbahnya pada bulan Juli 2006, Pdt. Will Bowen dari Gereja One Community Spiritual Center, Kansas City, Amerika, menyerukan gerakan berhenti mengeluh. Ia lantas membagikan gelang karet berwarna ungu kepada setiap anggota jemaatnya. Aturan mainnya sederhana, gelang itu harus dipakai terus-menerus selama 21 hari di salah satu pergelangan tangan, bisa kanan atau kiri. Dan selama itu tidak boleh mengeluh. Jika hal tersebut dilanggar, maka gelang itu harus dipindahkan ke pergelangan tangan yang lain dan jumlah hari dihitung kembali lagi dari awal. Saat ini, gelang karet itu telah tersebar sebanyak enam juta buah di seluruh dunia. Banyak orang telah merasakan perubahan positif karena menjalankan program berhenti mengeluh ini, khususnya dalam berelasi dan bekerja sama dengan orang lain. 

Rupanya manusia memang cenderung lebih mudah mengeluh atau bersungut-sungut daripada bersyukur; lebih mudah melihat hal-hal yang kurang daripada hal-hal baik dalam hidupnya. Seperti sikap umat Israel. Kasih dan pemeliharaan Tuhan kepada mereka selama berada di padang gurun begitu jelas—mulai dari mengirimkan tiang awan dan tiang api untuk menuntun mereka, sampai mengirimkan burung puyuh dan manna untuk makanan mereka—tetapi tetap saja mereka suka mengeluh. 

Sikap suka mengeluh ini tidak ada gunanya. Dan Tuhan juga tidak senang. Karenanya harus dilawan; jangan dituruti, apalagi dijadikan kebiasaan. Caranya, fokuskan pikiran pada hal-hal yang baik dalam hidup ini, dan berusahalah untuk selalu berkata positif.
MENGELUH DAN BERSYUKUR ITU SOAL PILIHAN PILIHLAH UNTUK SELALU BERSYUKUR 

Penulis: Ayub Yahya

Diambil dari : Renungan Harian Rabu, 1 Juli 2009